Akibat Pemanasan Global: Amerika Lautan Api

Penulis : Aryo Bhawono

Iklim

Selasa, 12 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Risiko kebakaran hutan ekstrem akan meningkat rata-rata 10 hari di seluruh benua Amerika pada akhir abad ini, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan suhu. Di Barat Daya Amerika Serikat, kebakaran hutan ekstrem diperkirakan akan meningkat lebih dari 20 hari per tahun. 

Para peneliti dari Desert Research Institute (DRI), Argonne National Laboratory, dan Universitas Wisconsin-Madison, melakukan penilaian risiko kebakaran hutan di masa mendatang. Mereka  mengamati empat indeks bahaya kebakaran yang digunakan di seluruh Amerika Utara untuk memprediksi risiko tersebut berkorelasi dengan ukuran kebakaran hutan yang diamati antara tahun 1984 dan 2019. 

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Earth's Future edisi November, ini menyebutkan potensi kebakaran dan musim kebakaran yang lebih panjang kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan iklim.

“Kami menggunakan beberapa indeks bahaya kebakaran ini untuk mengevaluasi risiko kebakaran di wilayah AS yang berdekatan,” kata Guo Yu, asisten profesor riset di DRI dan penulis utama studi tersebut, seperti dikutip dari Phys pada Senin (11/12/2023).

Petugas pemadam kebakaran melakukan proses pendinginan lahan gambut yang terbakar di Desa Natai Baru, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (2/1/2023) kemarin./Foto: Antara Foto/Ario Tanoto/wsj.

Berbagai penelitian sebelumnya hanya memperkirakan perubahan akan mengubah risiko kebakaran hutan dengan menggunakan salah satu indeks bahaya karhutla. Hanya segelintir penelitian yang melihat risiko kebakaran diterjemahkan ke dalam ukuran atau karakteristik kebakaran hutan yang sebenarnya.

Indeks bahaya kebakaran yang paling umum digunakan di Amerika Utara adalah USGS Fire Potential Index, the Canadian Forest Fire Weather Index, dan the Energy Release Component and Burning Indices dari National Fire Danger Rating System.

"Kami ingin menilai keduanya secara mendalam dalam penelitian ini," kata Guo Yu.

Indeks bahaya kebakaran menggunakan informasi tentang kondisi cuaca dan faktor kelembapan vegetasi di permukaan. 

Para ilmuwan menggunakan data penginderaan jauh satelit dari tahun 1984 hingga 2019 untuk melihat potensi risiko kebakaran berkorelasi dengan besarnya kebakaran hutan di lebih dari 13 ribu kebakaran hutan, tidak termasuk pembakaran terkendali. Mereka menemukan bahwa ketika risiko kebakaran lebih tinggi, ukuran kebakaran cenderung lebih besar, dan hubungan ini lebih kuat pada wilayah yang lebih luas.

Dengan memasukkan indeks bahaya kebakaran ke dalam proyeksi iklim masa depan, studi ini menemukan bahwa risiko kebakaran hutan ekstrem akan meningkat rata-rata 10 hari di seluruh benua Amerika pada akhir abad ini, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan suhu.

Wilayah tertentu, seperti Great Plains bagian selatan (termasuk Kansas, Oklahoma, Arkansas, dan Texas), diperkirakan memiliki lebih dari 40 hari tambahan per tahun dalam bahaya kebakaran hutan yang ekstrem. Beberapa wilayah kecil diperkirakan akan mengalami penurunan musim risiko kebakaran hutan tahunan karena curah hujan dan kelembapan yang lebih tinggi, termasuk pantai Pacific Northwest dan pantai Atlantik tengah.

Di Barat Daya AS, musim kebakaran hutan ekstrem diperkirakan akan meningkat lebih dari 20 hari per tahun. Sebagian besar kebakaran akan terjadi pada musim semi dan musim panas. Musim kebakaran yang lebih panjang hingga musim dingin juga diperkirakan terjadi, khususnya di dataran pantai Texas-Louisiana.

“Dalam iklim masa depan yang lebih hangat, kita dapat melihat bahwa bahaya kebakaran akan lebih tinggi pada musim dingin. Hal ini mengejutkan saya karena terasa berlawanan dengan intuisi, namun perubahan iklim akan mengubah lanskap dalam banyak hal,” ujar Yu. 

Para penelitian berharap penelitian ini akan membantu pengelola kebakaran, memahami potensi sehingga mereka dapat mempersiapkan mitigasi, serta memahami perubahan kebakaran seiring dengan perubahan iklim.