25 Taipan Kuasai Sawit Indonesia

Penulis : Aryo Bhawono

Sawit

Selasa, 17 Oktober 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Sebanyak 25 taipan mendominasi sektor perkebunan kelapa sawit dan hutan Indonesia. Dominasi ini menunjukkan pengendalian sebagian besar lahan di tanah air dan ketimpangan ekonomi yang kian mengkhawatirkan. 

Laporan Perkumpulan Transformasi untuk Keadilan Indonesia (TuK) bertajuk ‘Kuasa Taipan Kelapa Sawit di Indonesia’ menyebutkan dominasi 25 Taipan di sektor perkebunan kelapa sawit dan hutan Indonesia. Luas areal perkebunan sawit di Indonesia mencapai 15 juta hektare, atau sekitar seluas Tunisia. 

Peningkatan signifikan perkebunan sawit ini terjadi pada rentang 2017-2021, yakni 2,7 juta ha atau seluas negara Albania. Sebaran terluas perkebunan sawit berada di Riau dengan luas 2,9 juta ha, Kalimantan Barat dengan luas 2,07 juta ha, dan Kalimantan Tengah dengan luas 2,05 juta ha. 

Para taipan, dalam studi ini, menguasai lebih dari 3,9 juta ha lahan sawit, yang setara dengan 26% dari total luar areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2021.

Foto udara hutan lindung Desa Anak Talang di Riau, yang ditanami sawit. Foto: Betahita/Robby

Taipan ini merujuk kepada para pemilik perusahaan perusahaan perkebunan kelapa sawit serta pulp dan kertas yang mengendalikan sejumlah besar lahan pada tahun ini.

“Data yang diungkapkan dalam laporan ini menyuguhkan gambaran yang semakin mengkhawatirkan tentang ketimpangan ekonomi di Indonesia,” ucap Direktur Eksekutif TuK, Linda Rosalina dalam siaran pers TuK. 

Pada tahun 2021, pendapatan mereka mencapai hampir 100 miliar dolar AS dengan keuntungan sebesar 5 miliar dolar AS. Sebanyak 24 perusahaan kelapa sawit di Indonesia yang dikendalikan oleh Taipan, sembilan di antaranya terdaftar di bursa saham Jakarta, dan sisanya tersebar di berbagai bursa saham internasional.

“Pendapatan yang besar ini membuat para Taipan menjadi orang-orang dengan nilai kekayaan yang sangat besar,” ucap Linda.

Laporan TuK  mencantumkan 10 besar Taipan terkaya di sektor perkebunan kelapa sawit, yakni:

  1. Budi Hartono (Djarum) USD 20.500 juta dolar AS,
  2. Keluarga Widjaja (Sinar Mas) 9.700 juta dolar AS,
  3. Keluarga Keswick (Jardine Matheson) 8.684 juta dolar AS,
  4. Anthoni Salim (Group Salim),
  5. Lee Yeow Chor & Yeow Seng (IOI) 4.600 juta dolar AS,
  6. Bachtiar Karim (Musim Mas Group) 4.000 juta dolar AS,
  7. Kuok Khoon Hong (Wilmar) 3.800 juta dolar AS,
  8. Lim Kok Thay & Lim Keong Hui (Genting Group) 2.300 juta dolar AS,
  9. Martua Sitorus (Wilmar / KPN Corporation) 2.000 juta dolar AS,
  10. Keluarga Fangiono (Fangiono Agro Plantation (FAP Agri) 1.800 juta dolar AS.

Dominasi para Taipan ini turut didukung oleh dana yang besar dari institusi keuangan berupa pinjaman bank yang mencapai jumlah yang sangat signifikan. Menurut data dari Forests and Finance per Mei 2023, bank-bank Indonesia seperti Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), dan Bank Negara Indonesia (BNI) menjadi pemberi pinjaman terbesar kepada para Taipan selama periode 2017 hingga September 2022.

Sebaliknya, rumah tangga petani terus mengalami penurunan penguasaan lahan. Data Badan Pusat Statistik 2019 menunjukkan pada 2013, terdapat 14,25 juta petani yang menguasai lahan kurang dari 0,5 ha. Sedangkan pada 2018 petani yang menguasai lahan itu adalah 15,81 juta petani. Jumlah ini sekitar 57,12 persen dari total jumlah rumah tangga petani pada tahun tersebut yang mencapai 27,68 juta rumah tangga.

Dominasi yang terus berlanjut ini akan memperparah ketimpangan ekonomi di Indonesia dan menciptakan ruang eksploitasi bagi manusia dan alam yang semakin ekstrem. Linda mendorong kebijakan yang mendukung rakyat kecil. 

“Temuan laporan ini menegaskan pentingnya langkah mengatasi dominasi Taipan sektor perkebunan kelapa sawit dan memastikan pembiayaan dari institusi keuangan sesuai dengan rencana keuangan berkelanjutan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” ujarnya.