Studi PBB: Spesies Liar yang Menopang Populasi Dunia Terancam

Penulis : Kennial Laia

Biodiversitas

Senin, 18 Juli 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Studi terbaru dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa alam, termasuk tumbuhan liar, hewan, jamur dan ganggang mendukung penghidupan dari setengah dari populasi dunia. Namun eksploitasi berlebihan mengancam penggunannya di masa depan.

Analisis tersebut menyatakan bahwa alam sebagai kunci keberlangsungan hidup miliaran orang di negara maju dan berkembang. Mulai dari adanya 10.000 spesies liar yang dapat dipanen, hingga kayu bakar yang dibutuhkan satu dari tiga orang untuk memasak.

Para peneliti menemukan bahwa 50.000 spesies liar diketahui dimanfaatkan untuk obat-obatan, energi, makanan, bahan bangunan, rekreasi, dan praktik budaya masyarakat adat. Dari sini 70 persen penduduk miskin di seluruh dunia menggantungkan penghidupannya.

Ilmuwan juga menjabarkan praktik yang merusak dalam laporan tersebut. Contoh praktik yang merusak termasuk penangkapan ikan dan penebangan yang tidak berkelanjutan, yang telah menyebabkan satu dari tiga perikanan dieksploitasi secara berlebihan di seluruh dunia. Dan satu dari 10 spesies pohon terancam punah.

Terumbu karang adalah rumah bagi keanekaragaman hayati laut, sumber ekonomi penting, sekaligus sebagai pelindung alami masyarakat pesisir dari badai, gelombang, dan erosi. Foto: YKAN

Kelompok tumbuhan seperti kaktus, anggrek, dan sikas sangat berisiko, dan perburuan yang tidak berkelanjutan telah diidentifikasi sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup 1.341 spesies mamalia liar, terutama pada spesies bertubuh besar dengan tingkat reproduksi rendah.

Menurut Platform Kebijakan Sains Antarpemerintah tentang Jasa Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (Ipbes), eksploitasi sumber daya alam bumi adalah satu dari lima pendorong utama perusakan biodiversitas hayati.

Laporan tersebut juga mempertimbangkan penggunaan spesies liar di masa depan dan menemukan bahwa perubahan iklim, peningkatan permintaan, dan peningkatan efisiensi teknologi ekstraktif merupakan tantangan yang signifikan.

Dr Marla Emery, salah satu pemimpin asesmen tersebut mengatakan, setengah dari umat manusia menggunakan dan mengambil manfaat dari penggunaan spesies liar. Karena itu keberlanjutan mereka sangat penting untuk konservasi keanekaragaman hayati, dan untuk kesejahteraan manusia.

“Informasi yang telah kami kumpulkan memberi kami banyak harapan, serta model tentang bagaimana kami dapat memanfaatkan spesies liar secara lebih berkelanjutan di dunia.”

Laporan tersebut, yang disusun selama empat tahun oleh 85 ahli, menggarisbawahi pentingnya pengetahuan masyarakat adat dan lokal dalam memastikan pemanfaatan spesies liar secara berkelanjutan.

Penggunaan spesies liar juga merupakan sumber pendapatan penting bagi jutaan orang. Sebelum pandemi, kawasan lindung menerima 8 miliar kunjungan per tahun dan menghasilkan $600 miliar setiap tahun. Perdagangan legal tanaman liar, ganggang dan jamur adalah industri bernilai miliaran dolar.

Dilys Roe, kepala kelompok spesialis pemanfaatan dan penghidupan berkelanjutan IUCN, mengatakan temuan menonjol dari laporan tersebut adalah pentingnya spesies liar bagi miliaran orang, terutama bagi masyarakat adat dan lokal.

“Kami telah mendengar banyak tentang larangan perdagangan satwa liar, larangan konsumsi daging liar, dan sebagainya, dan saya pikir penilaian ini benar-benar memperjelas bagaimana kunci pemanfaatan spesies liar secara berkelanjutan untuk kesejahteraan manusia,” katanya.

“Ini bukan hanya tentang penggunaan subsisten bagi masyarakat lokal. Ini juga berbicara tentang penggunaan komersial dan mengakui pendapatan yang dihasilkan dari spesies liar sebagai sumber pendapatan penting, yang merupakan insentif yang sangat penting untuk konservasi.”

Roe mengatakan batasan penting dari laporan tersebut adalah kurangnya data tentang spesies yang dikonsumsi dan dieksploitasi manusia. Namun informasi yang ada termasuk dalam penilaian menunjukkan bahwa lebih sering daripada tidak, praktik manusia berkelanjutan.