Pemanasan Global Ancam Terumbu Karang Samudra Hindia Bagian Barat

Penulis : Aryo Bhawono

Lingkungan

Rabu, 08 Desember 2021

Editor : Raden Ariyo Wicaksono

BETAHITA.ID -  Seluruh terumbu karang di Samudra Hindia bagian barat berada dalam risiko kehancuran dalam 50 tahun ke depan karena pemanasan global dan penangkapan ikan yang berlebihan. Ancaman kehancuran ini membentang dari Seychelles, di timur laut Madagaskar, hingga wilayah Delagoa di lepas pantai pantai Mozambik dan Afrika Selatan. 

Jurnal Nature Sustainability menyebutkan risiko kehancuran ini dalam penelitian terumbu karang di 10 negara sekitar Samudra Hindia bagian barat. Para peneliti menganalisis kesehatan 11 sub-wilayah menggunakan kerangka kerja ekosistem daftar merah International Union for the Conservation of Nature (IUCN), mirip dengan metode yang digunakan untuk memeriksa risiko kepunahan tumbuhan atau hewan.

Hasilnya adalah terumbu karang di negara-negara kepulauan sangat terancam dengan naiknya suhu air yang didorong oleh pemanasan global. Pemanasan suhu memicu pemutihan terumbu karang, yakni karang mengeluarkan ganggang yang hidup di jaringan mereka dan berubah warna menjadi putih. 

Terumbu karang di Madagaskar timur dan selatan, Kepulauan Komoro dan Kepulauan Mascarene semuanya diklasifikasikan sebagai terancam punah.

Karang yang memutih di Mayotte, antara Madagaskar dan Tanzania. Studi ini menemukan terumbu pulau berada di bawah ancaman yang sangat tinggi karena suhu air naik./Foto: David Obura/IUCN.

Sedangkan terumbu karang di Seychelles utara dan di sepanjang pantai Afrika timur diklasifikasikan sebagai rentan terhadap keruntuhan karena penangkapan ikan yang berlebihan. Manusia, selaku predator puncak,  mengubah ekologi dan mendorong terbentuknya ganggang berbeda yang dapat menutupi karang.

Ketua Kelompok Karang IUCN, David Obura, yang memimpin penelitian ini menyebutkan meskipun penurunan global terumbu karang telah terjadi selama beberapa waktu, penilaian khusus terhadap wilayah tertentu memberikan penjelasan tentang penyebab dan tingkat kerusakan. Ancaman paling mendesak adalah dari perubahan iklim hingga 50 tahun dari sekarang. 

“Tetapi sementara kami memperkirakan 50 tahun ke depan, apakah kami dapat memenuhi (kenaikan suhu) 1,5 Celcius masa depan atau tidak tergantung pada apa yang dilakukan dalam 10 tahun ke depan. Jadi, itu benar-benar perhitungan 10 tahun yang harus kita perhatikan, ” ucap Obura seperti dikutip dari Guardian.

Runtuhnya terumbu berarti kepunahan fungsional sistem terumbu. Beberapa spesies mungkin tetap akan ditemukan di lokasi itu tetapi spesies ini tidak dapat membangun terumbu karang lagi. Bahkan ketika berbagai upaya dilakukan seperti perlindungan pantai dari kenaikan permukaan laut. Namun seluruh sektor akan terdampak dari pariwisata,  hingga perikanan, terutama untuk rumah tangga dan masyarakat berpenghasilan rendah

Selama ini sektor pariwisata di Afrika timur memiliki peminat besar sangat besar dan sangat tergantung pada terumbu karang yang sehat.

Sejak 1950-an, tutupan terumbu karang dunia telah berkurang setengahnya karena pemanasan global, penangkapan ikan yang berlebihan, polusi, dan perusakan habitat. Penurunan ekosistem, yang merupakan tempat pembibitan penting bagi ikan muda secara global, diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan semakin panasnya iklim.

Seorang ilmuwan senior di Cordio Afrika Timur dan salah satu penulis studi tersebut, Mishal Gudka, mengatakan peneliti mendeteksi penangkapan ikan predator puncak secara berlebihan terjadi di semua terumbu. Data ini menekankan perlu manajemen penangkapan ikan lokal untuk memastikan keseimbangan kesehatan terumbu karang sekaligus memastikan stok ikan untuk pangan. Nelayan sendiri telah menjadi mata pencaharian bagi seperempat  juta penduduk di wilayah tersebut. 

Obura menambahkan di samping pengurangan emisi gas rumah kaca, penegakan peraturan perikanan yang lebih baik dan keterlibatan masyarakat lokal dapat membantu mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

Penilaian hasil penelitian ini menegaskan kembali urgensi krisis iklim dan keanekaragaman hayati dalam Cop 26 bulan lalu di Glasgow, dan Cop15 (KTT Keanekaragaman Hayati] dalam beberapa bulan ke depan di Kunming. 

“Kita perlu mengambil tindakan tegas untuk mengatasi ancaman global terhadap karang dari perubahan iklim, dan ancaman lokal, seperti penangkapan ikan yang berlebihan,” katanya.