Potensi Energi Terbarukan Indonesia, dari Surya Hingga Arus Laut

Penulis : Kennial Laia

Energi

Kamis, 16 September 2021

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Potensi energi terbarukan di Indonesia besar dan beragam. Hal itu mulai dari tenaga surya hingga arus laut. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2017, totalnya mencapai 443,1 gigawatt (GW).

Surya memiliki potensi terbesar sebanyak 207,9GW; disusul air 75GW, dan angin 60,7GW. Sementara itu bioenergi sebesar 32,7GW; panas bumi 29,5GW; mini dan mikro hidro 19,4GW; dan arus laut 17,9GW.

Namun, studi terbaru dari Institute for Essential Services Reform (IESR) mengungkap angkanya jauh lebih besar dihitung berdasarkan potensi teknis dan kesesuaian lahan. Tenaga surya, misalnya, bisa mencapai 19.835 GWp, dan dapat menghasilkan listrik sebanyak 26.972 TWh per tahun.

“Hitungan kita, potensi tenaga surya 95 kali lipat lebih besar dari statistik yang ada. Dan sebenarnya, kebutuhan listrik Indonesia dalam setahun itu bisa terpenuhi hanya dari tenaga surya saja,” kata Agus Praditya Tampubolon, Program Manager Clean, Affordable, and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia di IESR kepada wartawan, Kamis, 16 September 2021.

Ilustrasi energi terbarukan )lpbi-nu.org)

Menurut Agus, tenaga surya tersebar secara merata di seluruh Indonesia. Sementara itu arus laut ada di Kepulauan Nusa Tenggara, serta energi angin ada di Sulawesi Selatan dan beberapa wilayah di Pantai Selatan.

Mengenai perbedaan angka potensi tersebut, Agus mengatakan saat ini pihaknya sedang mendorong pemerintah untuk meninjau ulang data yang ada dan memperbaharui potensi teknis secara lebih akurat. Pihaknya juga telah menyampaikan hasil studi kepada pemerintah.

Agus mengatakan, pemerintah harus memulai transisi energi. Pemerintah dapat fokus pada pengembangan listrik tenaga surya karena potensinya paling besar dan teknologinya lebih murah. Namun, pengembangan energi terbarukan di wilayah tertentu juga perlu menyesuaikan dengan potensi yang tersedia. Selain itu, pemerintah juga perlu memulai phasing out coal, atau berhenti membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara baru. 

Pertumbuhan energi terbarukan di Indonesia masih rendah, dengan kapasitas terpasang saat ini sebesar 10,5GW. Angka itu hanya bertambah 2GW dari kapasitas terpasang sebesar 8,5GW pada 2015.

Pertumbuhan tersebut juga lebih kecil dari energi fosil, yang ikut meningkat dari 40,2GW ke 60GW dalam periode yang sama. “Ini masih business as usual,” kata Agus.