Riset: Masih Ada Peluang Untuk Kembali ke Target Iklim 1,5C

Penulis : Kennial Laia

Krisis Iklim

Sabtu, 08 November 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Masih ada peluang bagi dunia untuk menghindari kerusakan terburuk akibat kerusakan iklim dan kembali ke target 1,5C jika pemerintah mengambil tindakan bersama untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, menurut sebuah penilaian baru.

Laporan yang disusun oleh Climate Analytics tersebut mengungkap, saat ini target iklim pemerintah negara-negara tidak memadai dan perlu segera direvisi. Para peneliti juga menyerukan peningkatan pesat penggunaan energi terbarukan dan elektrifikasi di sektor-sektor utama termasuk transportasi, pemanas, dan industri.

Laporan tersebut diterbitkan saat para pemimpin dunia bertemu di Belém, sebuah kota kecil dekat muara Amazon di Brasil, pada Kamis dan Jumat untuk membahas krisis iklim sebelum KTT iklim PBB COP30 dimulai Senin mendatang. 

Selama dua tahun terakhir, suhu telah melampaui batas pemanasan global sebesar 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pemanasan pra-industri yang ditetapkan dalam perjanjian Paris tahun 2015.

Kebakaran di lahan gambut. Dok Alif Rizky/Greenpeace

Laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) yang diterbitkan minggu ini mengatakan, rencana yang dikeluarkan oleh negara-negara saat ini akan menyebabkan pemanasan sekitar 2,3C hingga 2,5C. Ini merupakan tingkat yang menurut para ilmuwan akan menyebabkan peningkatan besar-besaran cuaca ekstrem dan kerusakan parah pada beberapa sistem alam utama dunia.

Kelompok peneliti Climate Analytics mengatakan peta jalan dalam analisis tersebut dapat memastikan pemanasan mencapai puncaknya pada 1,7C sebelum 2050. Namun suhu tersebut dapat diturunkan hingga 1,5C pada akhir abad ini dengan menghapuskan bahan bakar fosil secara bertahap dan menggunakan teknologi penghilangan karbon untuk menyedot karbon dioksida dari atmosfer.

Namun hal ini tidak akan menghilangkan bahaya suhu melebihi 1,5C. Para ilmuwan menyadari beberapa titik kritis – seperti mencairnya lapisan es Greenland, dan potensi hutan hujan Amazon berubah dari penyerap karbon menjadi sumber pelepasan karbon ke atmosfer – yang dapat dipicu ketika bumi semakin memanas.

Tidak jelas pada suhu berapa kejadian ini bisa terjadi dan setiap derajat pemanasan dapat menimbulkan risiko. Salah satu titik kritisnya, pemutihan karang di laut yang memanas, mungkin sudah tercapai, menurut sebuah penelitian baru-baru ini.

"Melampaui suhu 1,5C adalah kegagalan politik yang menyedihkan dan akan meningkatkan kerusakan dan risiko titik kritis yang seharusnya bisa dihindari. Namun peta jalan ini menunjukkan bahwa kita masih mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pemanasan jauh di bawah 1,5C pada tahun 2100,” kata Kepala Eksekutif Climate Analytics, Bill Hare. 

“Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk membatasi waktu yang kita habiskan di atas ambang batas keselamatan ini untuk meminimalkan risiko kerusakan iklim yang tidak dapat diperbaiki, dan kehancuran yang mungkin disebabkan oleh melintasi titik kritis,” ujarnya. 

Pada COP30, semua negara diharapkan menghasilkan rencana iklim nasional berdasarkan Perjanjian Paris tahun 2015. Disebut kontribusi yang ditentukan secara nasional (NDC), hal ini dimaksudkan untuk menetapkan target pengurangan karbon dan langkah-langkah untuk mencapainya. Namun kurang dari separuh negara yang telah menyerahkan NDC sebelum COP30, dan banyak dari NDC yang dihasilkan tidak memadai.

Analisis yang dilakukan UNEP menemukan, NDC yang ada saat ini akan menyebabkan suhu dunia menjadi 2,5 derajat Celcius lebih panas dibandingkan tingkat suhu pada masa pra-industri, dan suhu tersebut dapat meningkat hingga 2,8 derajat Celcius, yang merupakan tingkat yang berpotensi memicu perubahan yang tidak dapat diubah.

NDC yang ada saat ini hanya akan mengurangi karbon sekitar 10 persen pada 2035, menurut PBB.

Menurut Climate Analytics, emisi global perlu turun sekitar seperlima pada 2030, dibandingkan dengan tingkat emisi pada 2019, dan sebesar 11 persen per tahun pada 2030-an untuk membatasi pemanasan hingga 1,7C. Metana juga perlu dikurangi sebesar 30 persen pada 2035.

Pakar Senior Climate Analytics Neil Grant mengatakan, dunia kehilangan waktu berharga selama lima tahun terakhir untuk menghasilkan aksi iklim yang efektif. 

“Namun, kita juga menyaksikan revolusi dalam energi terbarukan dan baterai, yang telah memecahkan rekor di seluruh dunia. Memanfaatkan hal ini dapat membantu meningkatkan masa depan energi bersih kita dan mengejar waktu yang hilang," ujarnya.