Obituari: Max Binur, Sang Penjaga Raja Ampat
Penulis : April Perlindungan, AURIGA NUSANTARA
Konservasi
Jumat, 19 September 2025
Editor : Yosep Suprayogi
KETIKA halaman depan Raja Ampat tengah porak poranda, Papua makin berduka dengan kepergian salah satu tokoh budaya Papua dan pengorganisasian Raja Ampat, Markus Binur, yang biasa kami panggil Om Max. Ia meninggalkan kita semua pada Kamis 18 September 2025, sekitar pukul 19.24 WIT, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) 22, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya.
Beberapa bulan terakhir Om Max memang dalam kondisi sakit. Kepergian istri tercintanya, Danarti Wulandari, menghadap Sang Pencipta sekitar sebulan lalu, membuat Om Max nampak makin terpukul. Pada Kamis malam, sakitnya menjadi-jadi sehingga dirujuk ke RSUD di kilometer 22 itu. Dari sanalah ia berangkat menyatukan cintanya di surga dengan Danartinya.
Kepergian Om Max meninggalkan duka mendalam, dirasakan tidak hanya oleh budayawan dan masyarakat Papua, namun oleh para pegiat lingkungan hidup, HAM, dan agraria di berbagai penjuru negeri. Sebabnya, jejak-jejak Om Max selalu berada di sana.
Pada tahun 2003, dari Jayapura, Om Max memutuskan menetap di Sorong untuk berfokus pada gerakan kebudayaan, kemudian menjadi pendiri organisasi “Belantara Papua”, ringkasan dari Bengkel Belajar Antar Rakyat. Salah satu visi Belantara dalam kebudayaan adalah melanjutkan “Gerakan Mambesak” yang digagas Arnold AP.

Itu tak lepas dari gagasannya yang meyakini bahwa Papua akan bangkit jika Papua tetap menjaga keterhubungan antara manusia, alam, dan kebudayaan.
Sekitar tahun 2013, bersama para aktivis pegiat HAM dan Lingkungan Hidup di Indonesia dan Papua, Om Max mendirikan “Nasional Papua Solidarity” (NAPAS), organisasi yang berfokus menggalang empati masyarakat Indonesia atas ketidakadilan yang dialami rakyat Papua. Dalam kebudayaan, Om Max pun menjadi pendiri gerakan “Papua Itu Kita”, sebuah gerakan yang berupaya mengenalkan budaya progresif Papua pada publik Indonesia.
Max Binur dan Kebudayaan (Foto: Max Binur/Papua Itu Kita)
Terakhir, Om Max berupaya menggalang gerakan “Save Raja Ampat”, ketika wilayah yang ia perjuangkan untuk masuk sebagai wilayah konservasi berbasis masyarakat itu porak poranda oleh tambang Nikel.
Kini tugas Om Max telah usai dengan baik. “Tinggallah bersama pelangi, jangan lupakan kami, karena di sini hujan masih rintik-rintik,” kata Om Max ketika melepas Danartinya pulang.
Sekarang kami yang mengucapkan doa perpisahan itu untuk Om Max.
Bengkel Belajar Antar Rakyat yang didirikan Max Binur (Foto: Max Binur/Papua Itu Kita))