Deforestasi Injak Gas Saat Transisi Pemerintahan Jokowi-Prabowo
Penulis : Gilang Helindro
Deforestasi
Senin, 11 Agustus 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Yayasan Madani Berkelanjutan mencatat Indonesia kehilangan hutan alam seluas 206 ribu hektare sepanjang 2024, meningkat sekitar 71 ribu hektare dibandingkan tahun sebelumnya. Laporan bertajuk “Deforestasi di Rezim Transisi: Hilangnya Hutan Alam Tahun 2024” itu menyebut masa transisi pemerintahan menjadi titik rawan hilangnya hutan akibat lemahnya perlindungan hukum dan pengawasan.
Sebanyak 72 persen deforestasi terjadi di dalam kawasan hutan, terutama kawasan hutan produksi tetap. Kalimantan Timur, Riau, dan Kalimantan Barat menjadi daerah dengan kehilangan terbesar, termasuk pada ekosistem gambut dan kawasan konservasi. Madani juga menemukan 39 ribu hektare hutan hilang di dalam area moratorium hutan (PIPPIB) yang seharusnya dilindungi.
“Lebih dari separuh deforestasi terjadi di wilayah yang sudah memiliki izin resmi. PBPH menjadi penyumbang terbesar dengan 66 ribu hektare, disusul perkebunan sawit 51 ribu hektare,” kata Fadli Ahmad Naufal, GIS Specialist Madani, dikutip Jum'at 2026. "Sekitar seperempat deforestasi di PBPH berlangsung di ekosistem gambut," tambahnya.
Sadam Afian Richwanudin, Legal Specialist Madani, menambahkan proyek strategis nasional juga berkontribusi signifikan. Di Merauke, Papua Selatan, proyek food estate menghilangkan hampir 5 ribu hektare hutan, sedangkan ekspansi tambang nikel di pulau kecil seperti Gag dan Kawe, Raja Ampat, melanggar perlindungan ekologis dan hukum.

Madani menyoroti lambatnya pengakuan Hutan Adat. Hingga Maret 2025, baru 330 ribu hektare yang diakui negara, dari total lebih 32,3 juta hektare wilayah adat yang telah dipetakan BRWA.
Program Lead Iklim dan Ekosistem Madani, Yosi Amelia, menilai deforestasi 2024 menjadi tantangan serius bagi target iklim nasional FOLU Net Sink 2030. “Tanpa perubahan mendasar dalam tata kelola perizinan dan pengakuan hak masyarakat adat, upaya mencapai target iklim dan menjaga keanekaragaman hayati hanya akan menjadi wacana,” ujarnya.