Kebakaran Ancam Target Emisi Hutan dan Lahan Indonesia

Penulis : Gilang Helindro

Lingkungan

Kamis, 07 Agustus 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Peneliti IPB University, Robi Deslia Waldi, mengingatkan bahwa kebakaran hutan dan lahan merupakan ancaman utama dalam upaya pencapaian target Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030. Pemerintah perlu terus mengembangkan strategi penanggulangan kebakaran hutan yang melibatkan pemanfaatan teknologi.

Dalam diskusi “FOLU Talks” yang diselenggarakan secara daring oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta, Rabu (6/8), Robi yang juga anggota Regional Fire Management Resource Center Southeast Asia (RFMRC-SEA) menegaskan pentingnya peran sektor kehutanan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK). Pemerintah menargetkan sektor ini mencapai kondisi net sink sebesar -140 juta ton CO2 ekuivalen (CO2e) pada tahun 2030.

“Peran semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, NGO, kalangan pendidikan, masyarakat, hingga generasi muda sangat penting untuk mengendalikan dan mencegah kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran menjadi ancaman utama yang dapat menggagalkan pencapaian FOLU Net Sink 2030,” ujarnya.

Menurut Robi, pemanfaatan teknologi semakin luas dalam upaya pencegahan dan penanganan kebakaran. Teknologi yang digunakan antara lain remote sensing atau pencitraan jarak jauh untuk memantau titik panas (hotspot) melalui satelit, serta pemantauan konsentrasi partikulat PM2.5 untuk mengetahui kualitas udara.

Peneliti IPB: Kebakaran Hutan Ancaman Utama Capai Target FOLU Net Sink 2030. Foto: Istimewa/Tangkapan Layar.

Selain itu, kecerdasan buatan (AI) juga mulai dimanfaatkan untuk memprediksi potensi kebakaran berdasarkan data cuaca dan tutupan lahan. “Kini indikasi wilayah terbakar bahkan sudah bisa diakses melalui berbagai situs peta daring yang digunakan masyarakat,” jelasnya.

Robi menambahkan, remote sensing juga berperan penting dalam mendukung respons cepat dari BNPB dan BPBD untuk menanggulangi dampak kebakaran terhadap masyarakat.

Data KLHK menunjukkan tren kebakaran hutan dan lahan cenderung menurun dibandingkan puncaknya pada 2015, yang mencapai 2,6 juta hektare. Pada 2019, luas kebakaran tercatat 1,6 juta hektare, lalu turun menjadi 296.942 hektare pada 2020, 358.867 hektare (2021), 204.894 hektare (2022), dan 1,16 juta hektare (2023). Sementara pada 2024, luas kebakaran tercatat 376.805 hektare.

Untuk tahun 2025, data sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi milik KLHK mencatat indikasi luas kebakaran mencapai 8.594 hektare hingga Juni.