Namanya Boeadii, Spesies Baru Katak Pohon dari Sulawesi

Penulis : Gilang Helindro

Biodiversitas

Minggu, 15 Juni 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Tim peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengidentifikasi spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus yang ditemukan di dua lokasi berbeda di Pulau Sulawesi, yakni Gunung Katopasa (Sulawesi Tengah) dan Gunung Gandang Dewata (Sulawesi Barat).

Spesies ini dinamai Rhacophorus boeadii, sebagai penghormatan kepada almarhum Drs. Boeadi, seorang naturalis dari Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) yang berjasa dalam pengembangan ilmu zoologi dan konservasi herpetofauna di Indonesia.

Peneliti Herpetologi BRIN, Dr Amir Hamidy, menyatakan bahwa spesies ini memiliki karakteristik morfologi yang membedakannya dari tiga spesies Rhacophorus lain yang juga berasal dari Sulawesi, yaitu R. edentulus, R. georgii, dan R. monticola.

Katak ini berukuran sedang, panjang tubuh jantan antara 40–45 mm, dan betina antara 48–54 mm. Ia memiliki moncong jantan yang miring, kulit punggung yang kasar dengan bintik-bintik putih, serta pola bercak putih di sisi tubuhnya,” kata Amir dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 12 Juni 2025.

BRIN berhasil identifikasi spesies baru katak pohon dari genus Rhacophorus yang ditemukan di dua lokasi berbeda di Pulau Sulawesi, yakni Gunung Katopasa (Sulawesi Tengah) dan Gunung Gandang Dewata (Sulawesi Barat). Foto: Istimewa/BRIN-Amir Hamidy.

Penemuan ini merupakan hasil dari survei intensif antara tahun 2016 hingga 2019. Peneliti menggunakan pendekatan multidisiplin—morfologi, genetika, dan bioakustik—untuk memastikan bahwa katak ini merupakan spesies baru yang belum pernah dideskripsikan secara ilmiah sebelumnya.

Amir menambahkan bahwa penemuan ini semakin memperkaya daftar fauna endemik Sulawesi dan mempertegas pentingnya konservasi di wilayah Wallacea yang dikenal memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Namun, ia juga mengingatkan bahwa habitat spesifik katak ini yang terbatas di hutan dataran tinggi membuatnya sangat rentan terhadap kerusakan habitat dan perubahan iklim.

“Hutan dataran tinggi Sulawesi terus terdesak oleh aktivitas manusia. Spesies seperti Rhacophorus boeadiimenjadi indikator penting bahwa kawasan ini masih menyimpan banyak keunikan yang belum terungkap,” ujarnya.

Penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Zootaxa (5569 (2): 201–230) dan diharapkan menjadi acuan penting dalam pengembangan studi taksonomi serta upaya konservasi amfibi di Indonesia.