Pulau Bacan: Dulu Batu Bacan, Kini Keong Bacan
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Biodiversitas
Minggu, 11 Mei 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Para ilmuwan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaporkan 9 catatan sebaran baru untuk keong darat, termasuk penemuan satu spesies baru yang diberi nama Diancta batubacan sp. nov. Temuan ini dihasilkan dari ekspedisi ke pulau di Maluku Utara itu pada 2022 lalu.
Dari hasil ekspedisi dan telaah serta penulisan hingga 2024 ini, para ilmuwan mencatatkan 27 spesies dari 11 famili, dengan spesies Trochomorpha ternatana menjadi yang paling melimpah. Temuan ini menambah jumlah spesies keong darat yang dikenal di pulau tersebut menjadi 56, memberikan gambaran lebih dalam mengenai pentingnya keberagaman biota di kawasan Wallacea ini.
Dalam sebuah rilis disebutkan, penelitian tentang biota di pulau ini dimulai sejak eksplorasi Alfred Russel Wallace pada 1858-1859, yang mengumpulkan berbagai spesimen, termasuk keong darat. Koleksi Wallace kemudian dikaji oleh Pfeiffer (1861), yang mendeskripsikan beberapa spesies seperti Helix ignescens dan Helix batchianensis yang kemudian menjadi sinonim Trochomorpha ternatana. Sebanyak 15 kajian yang mencatat keberadaan keong darat di Pulau Bacan telah dilakukan dalam rentang waktu 1861-1963.
Pada 2022, Ayu Savitri Nurinsiyah, Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN, bersama tim dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi (PRBE) BRIN, dan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, melakukan ekspedisi di Pulau Bacan melalui Pendanaan Ekspedisi dan Eksplorasi BRIN.

Ekspedisi tersebut berhasil mengoleksi 555 spesimen yang terdiri dari 27 spesies keong darat. Seluruh spesimen keong darat yang ditemukan di Pulau Bacan disimpan di Museum Zoologicum Bogoriense, Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah, BRIN, Cibinong. Berdasarkan hasil telaah dari koleksi spesimen dan literatur hingga 2024, penelitian ini berhasil mencatat sebaran baru untuk sembilan spesies keong darat dan satu spesies baru yang belum pernah dikenal sebelumnya, yaitu Diancta batubacan sp. nov.
Penemuan ini menjadikan jumlah total spesies keong darat di Pulau Bacan meningkat menjadi 56. Di antara 56 spesies, sebanyak 13 spesies keong darat tercatat hanya ditemukan di Pulau Bacan. Spesies Trochomporpha ternatana menjadi spesies yang paling melimpah ditemukan.
“Penemuan ini sangat penting karena menunjukkan bahwa Pulau Bacan menjadi rumah yang baik bagi keanekaragaman hayati Indonesia termasuk keong darat, dan masih banyak keragaman hayati di sana yang belum sepenuhnya terungkap,” ujar Ayu Savitri Nurinsiyah, dalam sebuah keterangan tertulis, 29 April 2025.
Penelitian ini dilakukan di lima lokasi yang mewakili keragaman habitat di Pulau Bacan, mulai dari kebun dan semak-semak hingga hutan karst yang unik. Lokasi-lokasi ini dipilih untuk memahami keragaman habitat Pulau Bacan. Jumlah spesies keong darat paling banyak tercatat pada kawasan karst yang memiliki tutupan hutan, lebih tinggi dibandingkan lahan pertanian.
“Ini menegaskan bahwa hutan karst memiliki peran penting dalam mendukung populasi keong darat,” ujar Ayu.
Menurut Ayu, penelitian yang dipublikasikan di jurnal ZooKeys ini juga menyoroti pentingnya survei sistematis dan identifikasi integratif untuk memahami keragaman dan pola biogeografi keong darat di Maluku Utara, khususnya Pulau Bacan.
“Penelitian ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang keanekaragaman hayati, tetapi juga memberikan gambaran lebih lengkap mengenai distribusi spesies di kawasan Wallacea,” ujarnya.
Sebelumnya, Ayu dan tim peneliti PRBE juga menemukan spesies baru keong darat di Pulau Moti, Maluku Utara yang diberi nama Palaina motiensis. Ayu bilang, masih banyak keanekaragaman hayati keong darat di Maluku Utara dan Wallacea yang menunggu untuk diungkap. Ayu berpendapat, keanekaragaman hayati itu seperti potongan puzzle yang membentuk gambar indah.
“Kalau kepingan-kepingannya hilang, maka gambar indah itu tidak akan sempurna. Oleh karena itu, penting kita kenali dan jaga keanekaragaman hayati Indonesia beserta habitatnya agar gambar indah ciptaan Yang Kuasa dapat bermakna,” ucap Ayu.