LIPUTAN KHUSUS:

Wahai Tiongkok, Stop Pakai Tulang Harimau untuk Obat Masuk Angin


Penulis : Kennial Laia

Jejak trenggiling, badak, harimau, dan macan tutul ditemukan dalam obat-obatan tradisional Tiongkok, berdasarkan temuan investigasi Environmental Investigation Agency.

Konservasi

Selasa, 31 Oktober 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Investigasi Environmental Investigation Agency (EIA) mengungkap bagian tubuh trenggiling dan macan tutul digunakan sebagai bahan baku dalam puluhan produk obat tradisional Tiongkok atau traditional chinese medicine (TCM). Laporan tersebut juga menemukan sebagian kecil cula badak dan harimau turut digunakan. 

EIA mengidentifikasi 62 bank dan lembaga keuangan berinvestasi di tiga grup farmasi yang memproduksi sembilan produk yang mereka klaim mengandung macan tutul atau trenggiling. Sebagian bank tersebut turut beroperasi di Indonesia. 

Lembaga keuangan ini termasuk raksasa jasa keuangan Inggris seperti HSBC dan Prudential, serta perusahaan investasi global seperti Goldman Sachs, UBS, dan Deutsche Bank. 

Macan tutul dan trenggiling terdaftar dalam perjanjian CITES (Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah). Konvensi ini melarang perdagangan komersial internasional atas hewan dan bagian tubuhnya, dalam upaya untuk memastikan kelangsungan hidup mereka di alam liar tidak terancam.

Trenggiling merupakan satwa dilindungi dan berstatus terancam punah. Dipercaya mengandung khasiat medis, hewan ini terus diburu untuk menjadi bahan baku obat-obatan tradisional Tiongkok. Dok WWF-International

Badak, harimau, trenggiling, dan macan tutul merupakan satwa dilindungi di Indonesia. Keempatnya juga berstatus terancam punah dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature. 

Tiga perusahaan farmasi yang disorot dalam laporan EIA ini adalah grup Tong Ren Tang, grup Tianjin Pharmaceutical, dan Jilin Aodong Pharmaceutical Group.

Secara keseluruhan, laporan EIA mendokumentasikan setidaknya 88 produk mengandung trenggiling, macan tutul, dan--dalam beberapa kasus--tulang harimau dan cula badak. Bahan ini mendapat izin dari National Medical Products Administration (NMPA) Tiongkok untuk diproduksi oleh 72 perusahaan Cina. 

Dari total tersebut, 48 produk dinyatakan mengandung trenggiling, yang mana salah satunya dinyatakan mengandung trenggiling bersama dengan tulang harimau dan cula badak. Selanjutnya 32 produk dinyatakan mengandung tulang macan tutul,” tulis laporan tersebut.

Terdapat pula lima produk yang dinyatakan mengandung bagian macan tutul dan trenggiling. Kemudian satu produk mengandung trenggiling pada satu produk situs web dan macan tutul di situs lain. Ada dua produk lagi yang dinyatakan mengandung tulang harimau dan cula badak, bukan macan tutul atau trenggiling.

Tinjauan prevalensi produk di berbagai tempat situs web mengungkapkan bahwa 47 dari 88 produk ditampilkan di situs web produsen. Ini termasuk dua produk tulang harimau dan badak serta produk trenggiling dengan tulang harimau dan cula badak. Dari 47 produk, 26 produk juga ditampilkan di situs web pihak ketiga. Sisanya 41 produk macan tutul atau trenggiling hanya ditemukan pada situs pihak ketiga.

Menurut EIA, tidak semua perusahaan yang terdaftar dalam laporan berinvestasi pada ketiga perusahaan tersebut, namun mereka semua berinvestasi pada setidaknya satu perusahaan.

Dalam pengobatan tradisional Tiongkok, tulang macan tutul digunakan sebagai pengganti tulang harimau. Tulang harimau dipercaya dapat menguatkan tulang dan urat, meredakan nyeri, dan membantu menghilangkan masuk angin. 

Sementara itu sisik trenggiling disebut dapat membantu melancarkan peredaran darah, laktasi, dan membantu meredakan nyeri rematik. Klaim ini tidak didukung fakta ilmiah. 

EIA mengatakan pihaknya tidak dapat menemukan asal usul produk turunan macan tutul atau trenggiling tersebut.

Laporan tersebut mendesak pemerintah Tiongkok untuk “memenuhi rekomendasi CITES dan melarang penggunaan bagian tubuh macan tutul, trenggiling, harimau, dan badak dari semua sumber untuk tujuan komersial di pasar domestiknya”. 

Dalam publikasi organisasi tersebut, Spesialis Hukum dan Kebijakan EIA Avinash Basker mengatakan, penggunaan hewan yang sangat terancam punah seperti macan tutul, trenggiling, badak dan harimau dalam produk obat tradisional mengabaikan rekomendasi CITES yang dibuat oleh komunitas internasional untuk melindungi spesies ini.

“Ini digunakan dalam skala industri yang hanya akan mendorong spesies ini semakin dekat dengan kepunahan, sekaligus mengirimkan pesan yang beragam kepada konsumen, meningkatkan permintaan suku cadang dan turunannya, serta mencemari reputasi global TCM.”

“Sangat mengecewakan melihat begitu banyak bank dan lembaga keuangan besar secara efektif mendukung eksploitasi yang merusak ini, terutama karena banyak bank dan lembaga keuangan yang berjanji untuk melakukan hal sebaliknya,” kata Basker. 

“Jika mereka ingin kredibilitas lingkungannya terjaga, mereka perlu melakukan divestasi dari produsen TCM yang menggunakan spesies terancam secepat mungkin,” ucapnya. 

Sejumlah lembaga keuangan yang dituduh dalam laporan tersebut telah memberikan respons, termasuk HSBC. Lembaga tersebut mengatakan pihaknya "bukan investor langsung dan tidak memiliki hubungan langsung dengan perusahaan-perusahaan tersebut".