Presiden Brasil Minta Leonardo DiCaprio Tutup Mulut Soal Amazon

Penulis : Tim Betahita

Hutan

Jumat, 06 Mei 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, meminta Leonardo DiCaprio tutup mulut setelah aktor Hollywood itu koar-koar soal betapa penting menjaga lingkungan hutan Amazon.

Pernyataan itu ia sampaikan saat menyapa pendukungnya di Istana Alvorada, kantor kepresidenan Brasil, pada Selasa (4/5).

"Sekarang, DiCaprio harus tahu, bahkan presiden Organisasi Perdagangan Dunia [WTO] mengatakan tanpa agribisnis Brasil, dunia akan kelaparan," kata Bolsonaro, seperti dilansir CNN.

Ia kemudian berkata, "Jadi,DiCaprio lebih baik tutup mulut daripada membual."

LSM di Brasil mengatakan laju deforestasi di cagar alam Piripkura meningkat pesat selama pandemi./Foto Rogerio de Assis-ISA.

Pernyataan ini muncul usai DiCaprio menyerukan agar publik peduli lingkungan Amazon beberapa hari lalu. Brasil, kata dia, adalah rumah bagi Amazon dan ekosistem kritis lain untuk mencegah perubahan iklim.

"Apa yang terjadi di sana adalah masalah bagi kita semua, dan pemungutan suara kaum muda adalah kunci dalam mendorong perubahan untuk planet yang sehat," tulis Dicaprio di Twitter.

Ia lalu mendesak para pemuda untuk mencari informasi lebih lanjut soal pendaftaran di situs terkait kepedulian terhadap lingkungan, Olha o Barulhinho, dengan mengikuti langkah-langkah yang ada.

Sehari kemudian, Bolsonaro membalas cuitan DiCaprio.

"Terima kasih atas dukungan Anda, Leo. Itu sungguh penting bagi setiap pemilih Brasil dalam Pemilu mendatang," tulis Bolsonaro.

"Rakyat kami akan memutuskan jika mereka ingin tetap menjaga kedaulatan Amazon atau diperintah oleh penjahat yang melayani kepentingan asing khusus. Kerja bagus di The Revenant."

Di Brasil sendiri, pemungutan suara tak wajib bagi kelompok usia 16 hingga 18 tahun. Namun, banyak artis dan selebritas lokal mendesak agar orang mendaftar dan memilih dalam pemilu presiden Oktober mendatang.

Kebijakan Bolsonaro menjadi sorotan dalam pemilu kali ini. Selama menjabat di periode pertama, kebijakan Bolsonaro dianggap melemahkan perlindungan lingkungan hidup karena kepentingan bisnis.

Sekelompok pengacara iklim mendesak Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) menyelidiki Bolsonaro atas dugaan serangannya di Amazon. Menurut mereka, tindakan orang nomor satu di Brasil itu merupakan "kejahatan terhadap kemanusiaan."

Menurut laporan Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa Brasil (INPE), selama tiga bulan pertama di 2022, porsi hutan hujan Amazon yang terdampak deforestasi mencapai tingkat paling tinggi.

Menurut INPE, 941.34 kilometer persegi lahan Amazon hancur sejak Januari hingga Maret ini. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi selama lembaga itu memantau deforestasi Amazon sejak 2016.

Jumlah itu juga melonjak sekitar 64 persen dari 2021, saat area hutan terdampak sekitar 573.29 kilometer.

Hutan Amazon Dekati Kematiannya

Data terbaru menunjukkan bahwa Amazon semakin mendekati titik kritis. Jika melewati titik ini, hutan hujan tropis yang dulunya dikenal sebagai salah satu penyerap karbon utama dunia akan hilang, dengan implikasi “mendalam” bagi iklim global dan keanekaragaman hayati.

Dalam beberapa tahun terakhir, Amazon semakin kehilangan kemampuan untuk “pulih” dari kerusakan akibat banjir, kebakaran, dan deforestasi. Analisis statistik baru tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 75% hutan yang belum tersentuh telah kehilangan stabilitas sejak awal 2000-an. Ini berarti diperlukan waktu lebih lama untuk pulih setelah kekeringan dan kebakaran hutan. 

Model komputer sebelumnya telah mengindikasikan adanya kemungkinan kematian massal di Amazon. Namun analisis baru ini didasarkan pada pengamatan satelit selama tiga dekade terakhir.

Hilangnya stabilitas terbesar berada di daerah yang lebih dekat dengan pertanian, jalan, dan daerah perkotaan serta di daerah yang menjadi lebih kering. Ini menunjukkan bahwa perusakan hutan dan pemanasan global merupakan penyebab utama.

Faktor-faktor ini “mungkin telah mendorong Amazon mendekati ambang kritis kematian hutan hujan,” para ilmuwan menyimpulkan dalam laporan yang terbit di jurnal Nature Climate Change.

Studi tersebut melihat data satelit jumlah vegetasi di lebih dari 6.000 sel jaringan di seluruh Amazon yang belum tersentuh dari dari tahun 1991 hingga 2016. Hasil studi tidak menyertakan kapan titik kritis itu dapat dicapai. Namun para peneliti memperingatkan bahwa pada saat pemicu titik kritis dapat dideteksi, sudah terlambat untuk menghentikannya.

Setelah titik kritis terpicu, hutan hujan Amazon akan berubah menjadi padang rumput setidaknya selama beberapa dekade. Dia akan melepaskan sejumlah besar karbon dan lebih lanjut mempercepat pemanasan global.

Secara umum, titik kritis pada skala planet merupakan salah satu ketakutan terbesar para ilmuwan iklim. Pasalnya, ini tidak dapat diubah pada skala waktu manusia. Pada 2021, teknik statistik yang sama turut mengungkapkan tanda-tanda peringatan runtuhnya Arus Teluk (gulf stream)  dan arus penting Atlantik lainnya, karena “kehilangan stabilitas yang hampir selesai selama abad terakhir.”

Jika arus-arus ini tidak berfungsi, diperkirakan akan memiliki konsekuensi bencana di seluruh dunia, mengganggu hujan monsun, dan membahayakan lapisan es Antartika.