Kota Penolak Sawit Kotor Mulai Berkembang di Inggris

Penulis : Aryo Bhawono

Sawit

Rabu, 05 Januari 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Kota penolak produk sawit biang deforestasi kian berkembang di Inggris. Gerakan ini dimulai di Chester, sebuah kota di Barat laut Inggris, yang membantu bisnis lokal dan menolak produk sawit biang deforestasi.

Kota ini membersihkan restoran, usaha kecil, dan tempat seni dari peredaran produk minyak sawit penyebab deforestasi. Sebuah penyedia makan malam sekolah di Chester bahkan telah mendaftar dan mendapat sertifikasi dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Gerakan ini pun mulai diikuti oleh kota Oxford, Plymouth, dan Desa Mochdre di Wales Utara.

Penggunaan minyak sawit berkelanjutan ini pun dinilai membantu orangutan, harimau, badak Sumatera dan banyak spesies terancam lainnya.

Manajer Konservasi Lapangan di Kebun Binatang Chester, Catherine Barton, menyebutkan peredaran produk minyak sawit kotor adalah masalah besar. Ia telah berkunjung ke Malaysia, sawit kotor mengganggu populasi gajah hutan dan orangutan karena dipisahkan perkebunan. 

Tampak dari ketinggian kondisi hutan yang dibabat untuk pembangunan perkebunan sawit di Papua./Foto: Yayasan Pusaka

“Anda mendapatkan konflik manusia-satwa liar ketika mereka pindah ke daerah tersebut. Dari bekerja sama dengan masyarakat, kami pikir sebagai pengguna (minyak sawit), kami dapat mencoba mengubah industri,” ucapnya seperti dikutip dari Guardian

Inggris adalah konsumen kecil minyak sawit yang terutama berkelanjutan. Sebagian besar minyak sawit diproduksi di Indonesia dan Malaysia dan tidak disertifikasi secara berkelanjutan oleh RSPO. Sementara perusahaan seperti Islandia telah berhenti menggunakan minyak kelapa sawit. 

Barton mengatakan larangan langsung bukanlah jawaban dan menjadikan minyak kelapa sawit berkelanjutan sebagai bahan baku dalam produk, dari susu formula hingga sampo. Namun ia meyakini langkah ini akan berdampak lebih besar pada konservasi.

Kebun binatang Chester membantu bisnis makanan kecil di Welsh dan penyedia makanan hewan untuk meninjau dan menyesuaikan rantai pasokan mereka. Tujuannya menghapus semua produk yang mengandung minyak sawit tanpa RSPO.

“Kami menggunakan Inggris dan Eropa sebagai pemberi pengaruh itu untuk mengubah industri daripada melepaskan diri darinya,” terang Barton. 

Sebagian besar hutan di Indonesia dan Malaysia berubah menjadi perkebunan sawit. Bahkan mereka menggunakan lahan gambut padat karbon yang telah dikeringkan dan dibakar, sehingga menyebabkan emisi gas rumah kaca yang sangat besar.

Pada Cop26 di Glasgow lalu, para pemimpin dunia berjanji untuk menghentikan deforestasi, melakukan reforestasi, dan mencegah degradasi hutan pada tahun 2030. Upaya ‘penghijaun’ supply chain sendiri merupakan bagian penyelamatan hutan.Selama ini sertifikasi RSPO digunakan sebagai akreditasi produsen dan konsumen minyak sawit berkelanjutan. 

Sedangkan pemerintah Inggris sedang berkonsultasi tentang rencana untuk melarang perusahaan besar menggunakan produk yang ditanam di lahan yang ditebang secara ilegal.

Pemilik Restoran Makanan Prancis Chez Jules, Jason Ellison, termasuk pebisnis pertama yang mendaftar dalam kampanye di Chester. Dia mengatakan meninjau rantai pasokan berarti mencari minyak sawit di tempat yang tidak biasa.

“Saya bukan ilmuwan. Kebun binatang ini sangat membantu. Mereka memberi kami daftar semua tempat di mana Anda akan menemukan minyak kelapa sawit dalam roti, campuran kue, produk kue , dan lainnya. Kami menggunakan biskuit panggang sebagai bahan dasar untuk salah satu makanan penutup kami, misalnya. Di situlah gerakan kami memperbesar,” ucapnya.

Direktur Pelaksana Edsential – sebuah perusahaan sosial yang menyediakan makan malam sekolah di Chester, Ian McGrady, mengatakan menjadi penyedia makanan sekolah bersertifikasi RSPO pertama di Inggris berarti mengajari anak-anak dari mana makanan mereka berasal. Menurutnya hal yang dilakukan perusahaannya adalah menghubungkan makanan sekolah dengan konservasi lapangan. Anak-anak dapat melihat keputusan mereka dapat membuat perbedaan di lapangan. 

“Biaya cenderung mengalahkan segala jenis sumber etis, bahkan di dalam sekolah. Kami bekerja dengan pemasok utama untuk melihat di mana mereka berada dalam hal minyak sawit dan sertifikasi. Itu benar-benar bisa dilakukan,” jelasnya.