Studi: Daerah Tropis Akan Alami Suhu Sangat Panas Pada 2100

Penulis : Tim Betahita

Perubahan Iklim

Senin, 29 Agustus 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Gelombang panas yang menembus rekor di seluruh dunia terjadi beberapa bulan belakangan. Mulai dari daratan Eropa, Tiongkok, Amerika Serikat, hingga India dan Pakistan. Fenomena ini akan semakin umum terjadi pada akhir dekade ini menurut penelitian terbaru. 

Para ilmuwan mengatakan seberapa panas gelombang panas itu akan bergantung pada kemampuan manusia dalam memotong emisi karbon dalam beberapa tahun mendatang. 

“Perbedaan antara bersikap sangat proaktif dan membatasi emisi karbon untuk menjaga parameter sesuai Perjanjian Paris, dan sama sekali tidak melakukannya, sangat berdampak bagi miliaran orang, terutama di seluruh dunia bagian selatan,” kata Lucas Vargas Zeppetello, seorang peneliti iklim di Harvard University dan salah satu penulis utama studi yang diterbitkan dalam jurnal Communications Earth & Environment. 

Seorang pria membasahi dirinya di pancuran air kala gelombang panas melanda India dan Bangladesh pada 2015. Panas ekstrem saat itu menewaskan lebih dari 4.000 jiwa dan ribuan petani gagal panen sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Foto: Saikat Paul/Shutterstock via The Conversation

Tim Zeppetello di Harvad dan University of Washington menggunakan data iklim historis dan menggabungkannya dengan proyeksi pertumbuhan populasi, pertumbuhan ekonomi, dan emisi karbon di masa depan untuk mengembangkan formula berbasis probabilitas yang memperkirakan seperti apa suhu global di masa depan. 

Secara khusus tim peneliti tersebut memperkirakan perubahan pada indeks panas global – kombinasi suhu dan kelembaban udara, yang merupakan efek panas yang dirasakan pada tubuh manusia. Menurut US National Weather Service, jika suhu indeks panas mencapai 39,4C dianggap berbahaya, dan jika mencapai 51C dianggap “sangat berbahaya”.

Perhitungan menunjukkan bahwa bahkan jika negara-negara di seluruh dunia menjaga kenaikan suhu global menjadi kurang dari 2C di atas tingkat pra-industri – dilihat oleh para ahli sebagai skenario terbaik – indeks panas masih mencapai tingkat berbahaya. 

Pada 2100, kondisi berbahaya ini akan terjadi di Eropa Barat, Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang dengan frekuensi tiga hingga 10 kali lipat lebih sering. 

Di masa depan, setengah hari dalam setahun akan dianggap “sangat panas” di sebagian besar daerah tropis dan subtropis. Di daerah tropis, ambang batas indeks panas “sangat berbahaya” mungkin akan terlampaui lebih dari 15 hari setiap tahun. 

“Masih akan ada tekanan panas yang belum pernah terjadi sebelumnya dan gelombang panas ekstrem akan menjadi jauh lebih sering, dan kita harus sangat jelas tentang itu,” kata Zeppetello. 

“Bagi miliaran orang yang akan tinggal di belahan bumi selatan pada akhir abad ini, sulit untuk menemukan kata-kata, karena ini belum pernah terjadi sebelumnya … tingkat paparan panas yang akan menjadi lebih teratur dalam beberapa dekade mendatang, ” kata Zeppetello. “Kami tidak tahu apa yang terjadi ketika populasi terpapar pada tingkat indeks panas tersebut dengan tingkat keteraturan itu.”

Indeks panas biasanya dihitung menggunakan pengukuran suhu udara dari stasiun cuaca dengan termometer di tempat teduh. Jika kita mempertimbangkan paparan sinar matahari pada tengah hari di musim panas, angka-angka itu bisa beberapa derajat lebih tinggi, kata Parsons.

Parsons menambahkan bahwa indeks panas melakukan pekerjaan yang baik untuk menangkap paparan stres panas yang berbahaya bagi seseorang yang melakukan aktivitas sehari-hari, tetapi orang yang bekerja di luar ruangan, seperti petani, kemungkinan tidak akan dapat mempertahankan suhu tubuh yang aman, bahkan pada ambang batas indeks panas yang lebih rendah. 

Guardian