Mapbiomas Indonesia Bantu Pemetaan Tutupan Lahan di Papua

Penulis : Aryo Bhawono

Deforestasi

Senin, 11 April 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Aplikasi pemetaan Mapbiomas yang dikembangkan oleh Auriga Nusantara dan sembilan organisasi mencatat perubahan lahan di Papua. Data ini dapat menghitung angka deforestasi dan dapat membantu pemetaan hutan adat di Papua dan Papua Barat. 

Ketua Yayasan Auriga Nusantara, Timer Manurung, menyebutkan aplikasi ini dibangun setelah tim dari Auriga Nusantara dan sembilan lembaga belajar dari pemetaan yang sama di Brasil. Mereka telah mengembangkan aplikasi mapbiomas untuk memetakan Hutan Amazon.

Awalnya ini dikembangkan di Brazil dengan melibatkan sekitar 40-an organisasi. pada 2018 kami bertemu dan minta dilatih untuk Indonesia,” ujarnya dalam Diseminasi ‘Mapbiomas Indonesia: Dinamika Tutupan Lahan Tanah Papua’ di Hotel Grand Abepura, Jayapura, Papua pada Rabu (6/4/2022).

Sembilan lembaga yang terlibat dalam pembuatan ini adalah HAKA Aceh, HAKI Sumsel, GENESIS Bengkulu, SAMPAN Kalbar, Save Our Borneo Kalteng, Green of Borneo Kaltara, KOMIU Sulteng, Mnukwar Papua Barat, dan JERAT Papua.

Diseminasi Mapbiomas Indonesia: Dinamika Tutupan Lahan Tanah Papua’ di Hotel Grand Abepura, Jayapura, Papua pada Rabu (6/4/2022).

Ia menyebutkan platform pemetaan ini mendorong keterbukaan dan dialog tutupan lahan berbasis data. Apalagi masalah alih fungsi lahan dan deforestasi di Papua kini semakin menghangat. 

Tujuannya mendorong keterbukaan informasi dan menjamin terlibatnya banyak pihak dalam pemetaan hingga tercipta dialog data,” ucap dia. 

Direktur Mnukwar, Sena Bagus, mengungkapkan memudahkan pencarian data karena dapat dipakai secara online. Perubahan tutupan lahan dari tahun 2000 hingga 2019 dapat ditunjukkan melalui pemetaan ini.

Ia mengaku selama ini masyarakat dan LSM seringkali mengalami kesulitan ketika meminta akses data dari institusi pemerintah. Entah karena instansi tersebut memang sengaja menutupi atau tidak sama sekali tidak memiliki data.

“Tentunya dengan platform ini akan memudahkan siapapun memperoleh data, baik masyarakat, lembaga, maupun pemerintah sendiri,” jelasnya.

Sekretaris Eksekutif JERAT Papua Septer Manufandu data tutupan lahan ini dikerjakan dengan pertimbangan tingkat akurasi. Ia berharap data ini bisa digunakan untuk  kepentingan perencanaan pembangunan yang lebih besar di Tanah Papua, baik di Provinsi Papua dan Papua Barat.

“Kalau sebelumnya mungkin sulit diakses, maka platform ini didesain untuk diakses publik,” ujarnya.

Selain itu, kata dia, ada banyak hal dari pertemuan ini yang dapat memberikan masukan pengembangan platform ini ke depannya. 

“Kami berharap kedepan akan bersinergi dan berkolaborasi dengan pelbagai pihak, terutama pemerintah, yang mempunyai peran besar dalam perencanaan pembangunan di Papua dan maupun Papua Barat,” jelasnya.

Timer sendiri menambahkan pengembangan Mapbiomas Indonesia ke depan akan meliputi data tahun dan kelas tutupan lahan, deteksi perubahan tutupan near real time, data air dan api, serta peringatan deforestasi dan penegakan hukum. 

Diseminasi Mapbiomas Indonesia sendiri juga dilakukan di Manokwari, Papua Barat pada pekan sebelumnya. Acara ini melibatkan akademisi, dinas kehutanan, jurnalis, dan berbagai LSM di Papua dan Papua Barat.