Emisi Deforestasi Jauh Lebih Tinggi dari Perkiraan Sebelumnya

Penulis : Tim Betahita

Deforestasi

Kamis, 03 Maret 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Emisi karbon dari deforestasi hutan tropis pada abad ini disebut jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Studi menyebut bahwa angka saat ini berlipat ganda hanya dalam dua dekade dan terus meningkat.

Hutan di dunia menyimpan cadangan karbon yang besar, sekitar 861 gigaton karbon. Jumlah ini setara dengan emisi bahan bakar fosil tahunan selama hampir satu abad (dengan laju terkini). Pohon melepaskan karbon yang disimpannya ketika ditebang ke atmosfer. Sejak tahun 2000, dunia telah kehilangan sekitar 10% tutupan pohon, yang telah menjadi salah satu pendorong utama pemanasan global.

Namun, meskipun menjadi sumber gas rumah kaca terbesar kedua (setelah bahan bakar fosil), penghitungan karbon di balik emisi dari lahan masih tidak pasti. Seringkali data yang digunakan terbatas dan menimbulkan kesulitan bagi peneliti untuk melacak kemajuan dalam mencapai tujuan Kesepakatan Paris.

Sebuah studi yang diterbitkan pada Senin, 28 Februari 2022, di jurnal Nature Sustainability menunjukkan bahwa kehilangan karbon dari deforestasi hutan tropis dalam dua dekade terakhir telah berlipat ganda dan terus meningkat. Sebagian besar didorong oleh perluasan sektor pertanian. Temuan ini kontras dengan perkiraan sebelumnya, seperti pada Anggaran Karbon Global 2021, yang menyebut bahwa sedikit penurunan kehilangan karbon dari deforestasi.

Hutan Amazon yang hancur usai kebakaran hutan pada 2019. Foto: Victor Moriyama/Greenpeace International

Dengan menggunakan data satelit resolusi tinggi, para peneliti menemukan bahwa Republik Demokratik Kongo, Indonesia, dan Brasil mencatat percepatan terbesar dalam hilangnya hutan selama periode 2001-2020. Negara di Amerika Selatan itu disebut bertanggung jawab atas total emisi terbesar dari pembukaan hutan di Amazon dan ekosistem hutan lainnya.

Analisis juga menemukan bahwa sekitar seperlima dari pembukaan lahan di daerah tropis terjadi di daerah pegunungan, yang merupakan rumah bagi stok karbon yang relatif tinggi, terutama di Asia.

“Deforestasi dan kehilangan karbon hutan semakin cepat. Ada jurang pemisah besar antara tempat yang ingin kita tuju dan tujuan yang kita tuju, yang benar-benar mengkhawatirkan,” kata Dominick Spracklen, profesor di School of Earth and Environment di University of Leeds, yang ikut menulis studi tersebut, dikutip The Guardian, Senin, 28 Februari 2022.

Studi tersebut dipimpin oleh Yu Feng, kandidat PhD di Southern University of Science and Technology (SUSTech) dan Zhenzhong Zeng, profesor di universitas yang sama.

“Hutan tropis merupakan penyimpan karbon yang sangat besar. Kita harus mengurangi deforestasi untuk memperlambat pemanasan global,” ujar Yu Feng.

Peternakan sapi, kelapa sawit, kedelai, kakao, karet, dan kopi adalah penyebab utama hilangnya tutupan hutan tropis, serta telah menghancurkan beberapa tempat dengan keanekaragaman hayati yang paling tinggi di Bumi. Hutan merupakan rumah bagi spesies seperti jaguar, orang utan, lemur, kungkang, dan burung toucan. 

Pada Senin, laporan terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) telah diterbitkan. Laporan ini memperingatkan kembali mengenai kerusakan iklim yang semakin cepat. Banyak dampak yang diperkirakan akan lebih parah dari yang diperkirakan, dengan sedikit peluang tersisa untuk menghindari kerusakan terburuk di planet tempat manusia tinggal ini.